Hadang Persaingan Society 5.0, Penerima Beasiswa Adik Diharapkan Menjadi Tenaga Kerja Berkualitas

Hadang Persaingan Society 5.0, Penerima Beasiswa Adik Diharapkan Menjadi Tenaga Kerja Berkualitas

 

PNP News. Belum sinkronnya riset dan materi ajar dengan perkembangan zaman menyebabkan Indonesia cenderung mengalami defisit talenta digital. Sementara, di depan mata, bakal terbuka banyak model bisnis baru yang bertumpu pada kualitas sumber daya manusia atau knowledge based economy, bahkan eberapa pekerjaan yang ada pun mulai tidak relevan.

 

Hal itu diungkapkan Yon Sugianto yang didampingi Dwi S. Permana dalam Pendampingan dan Diskusi Bersama Mahasiswa Penerima Beasiswa ADik di Perguruan Tinggi Penyelenggara Afirmasi Pendidikan Tinggi (Adik), di Aula Gedung C Lantai 2, Politeknik Negeri Padang, Kamis, 22 September 2022.

 

 

Acara pendampingan tersebut diikuti oleh 35 orang penerima beasiswa Adik yang terdiri dari 18 orang mahasiswa Universitas Andalas dan 17 orang mahasiswa Politeknik Negeri Padang. Tampak hadir dalam acara pembukaan, Direktur Surfa Yondri, Wakil Direktur 3 Junaldi, Pembimbing Mahasiswa dari Universitas Andalas, dan Calon Wakil Direktur 3, Nasrullah dan Hendro Sapto Purnomo serta Karyawan dari Sub Bidang Kemahasiswaan.

Penyelenggaraan Program Beasiswa Afirmasi Pendidikan Tinggi (ADik) merupakan salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan akses dan kesempatan belajar di perguruan tinggi bagi lulusan Sekolah Menengah Atas atau sederajat yang memiliki potensi akademik baik tetapi memiliki keterbatasan akses pendidikan tinggi.

Skema bantuan beasiswa ADIK sejak 2020 menyasar siswa asal Papua dan Papua Barat, serta siswa dari wilayah atau daerah khusus dan siswa anak TKI.

Lebih lanjut dikatakan Yon Sugianto, banyak tantangan dan perubahan yang harus dilakukan lembaga pengelola pendidikan, terutama di Super Smart Society Era (Society 5.0) karena lembaga satuan pendidikan adalah gerbang utama dalam mempersiapkan SDM unggul, terangnya.

 

 

Era Super Smart Society dibuat sebagai antisipasi dari gejolak disrupsi Revolusi Industri 4.0, yang menyebabkan ketidakpastian yang kompleks dan ambigu. Dikhawatirkan invansi tersebut menggerus nilai-nilai karakter kemanusiaan, tekannya.

Oleh karena itu dibutuhkan perubahan paradigma pendidikan, di antaranya pendidik meminimalkan peran sebagai learning material provider, menjadi penginspirasi bagi tumbuhnya kreativitas peserta didik, dan berperan sebagai fasilitator, tutor, penginspirasi dan pembelajar sejati yang memotivasi peserta didik untuk “Merdeka Belajar’, terangnya.

Merdeka Belajar bakal menciptakan pendidikan berkualitas. Pendidikan nasional berbasis teknologi dan infrastruktur yang memadai diharapkan mampu menciptakan sekolah masa depan.

Kebijakan strategis pemerintah dan swasta diharapkan juga mendukung implementasi “Merdeka Belajar”, prosedur akreditasi sesuai kebutuhan lembaga perguruan tinggi, serta pendanaan pendidikan yang efektif dan akuntabel yang bercirikan otonomi satuan pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan.

 

 

 

 

 

Keterangan gambar:

Kegiatan pendampingan diselingi dengan acara ramah tamah dan hiburan, di antaranya menyanyi dan menari “Maumere” secara bersama dengan arahan Wiwik Andriani.

 

Di sisi lain, dalam menghadapi Era Society ada 2 hal yang harus dilakukan yaitu adaptasi dan kompetensi, terangnya. Dalam beradaptasi dengan Society 5.0, pengelola pendidikan perlu mengetahui perkembangan generasi (mengenal generasi).

Ia mencontohkan, Generasi Baby Boomers (1946-1964) adalah mereka yang lahir antara tahun 1946-1964, tepatnya setelah World War II berakhir. Generasi Baby Boomers menjadi bagian penting dari populasi terpenting di dunia, khususnya. Secara umum, generasi baby boomers mempunyai karakteristik seperti: kompetitif, berorientasi pada pencapaian, dan fokus pada karier.

Di samping mengharapkan penerima beasiswa Adik memiliki kemampuan literasi numerasi, literasi sains, literasi informasi, literasi finansial, literasi budaya dan kewarganegaraan, Pendamping ini juga mengharapkan mereka mampu berpikir kritis, bernalar, kretatif, berkomunikasi, kolaborasi serta memiliki kemampuan problem solving. Hal yang terpenting memiliki perilaku (karakter) yang penuh rasa ingin tahu, inisiatif, gigih, mudah beradaptasi memiliki jiwa kepemimpinan dan kepedulian terhadap masalah sosial dan budaya, jelasnya.

 

 

 

 

Untuk menghasilkan SDM unggul yang adaptif dengan Era Society 5.0, peserta didik harus mendapatkan penguatan nilai luhur, ungkapnya sambil menanyai Indeks Prestasi (IP) masing-masing peserta dan berharap mereka mampu mendapatkan IP minimal 3.

Lebih lanjut dikatakan Yon Sugianto, banyak tantangan dan perubahan yang harus dilakukan lembaga pengelola pendidikan, terutama di Super Smart Society Era (Society 5.0) karena lembaga satuan pendidikan adalah gerbang utama dalam mempersiapkan SDM unggul, terangnya.

Era Super Smart Society dibuat sebagai antisipasi dari gejolak disrupsi Revolusi Industri 4.0, yang menyebabkan ketidakpastian yang kompleks dan ambigu. Dikhawatirkan invansi tersebut menggerus nilai-nilai karakter kemanusiaan, tekannya.

 

Keterangan Gambar: Linus Dimbau, meski IP-nya masih di bawah 3 tapi optimis dan berharap bisa kuliah hingga S2 Terapan.

VOKASI KUAT, MENGUATKAN INDONESIA!

 

d®amlis